Assalamualaikum
Belakangan ini saya lagi merutuki hujan yang membuat rumah saya (rumah orangtua tepatnya) bocor di segala sudut. Belum lagi berbagai lemari yang jamuran gara-gara udara dingin. Belum lagi cucian yang tidak kering. Ada lagi, lingkungan rumah saya diterjang banjir berkali-kali dalam sebulan belakangan ini. Alhamdulillah airnya tidak masuk ke dalam rumah, tapi ya tetap saja mengganggu akses keluar masuk rumah.
Pagi ini saya kembali merutuki hujan. Hujan membuat orang-orang rumah saya susah berangkat kerja karena mereka akan kehujanan ketika berkendara. Hujan membuat jalanan macet. Ayah saya, ibu saya, dan suami saya berulang kali terlambat kerja gara-gara jalanan macet total.
Tuhan punya cara lain sepertinya untuk menegur saya soal hujan. Saya yang masih belum bisa bersyukur dengan mudah..baru diberi hujan segini sudah mengeluh.
Iya. Pagi ini, mpok penjual telur bebek lewat depan rumah, menjajakan telur di kala hujan deras. Sempat maju mundur, akhirnya saya panggil si mpok. Si mpok saya ajak untuk masuk ke teras. Sementara saya memilih telur bebek, dia bercerita. Bahwa ia berangkat pagi sekali, dan dia tidak tahu apakah pagi tadi rumahnya banjir lagi atau tidak. Ia bilang, bulan ini banjir di rumahnya sepinggang orang dewasa dan keluarganya harus tidurdi jalanan karena rumahnya penuh lumpur.
Yang buat saya malu, si mpok tetap semangat menjajakan telurnya, meskipun belum tentu ia bisa berjualan setiap hari. Dan yang membuat saya terhenyak, pagi ini si mpok menjajakan telur tanpa alas kaki. Ia bilang, banyak banjir, jadi lebih baik melepas alas kaki agar tidak licin. Yes. Ia akan berjalan berkilo-kilo sampai telurnya habis. Betapa semangatnya.
Ga bisa berhenti bersyukur habis itu. Masih punya tempat tinggal layak, punya makanan, hidup kecukupan.
Lalu, nikmat mana yang kau dustakan? *plak*
Selalu mendoakanmu, mpok telor. Semoga setiap daganganmu habis.
Wassalamualaikum
Put, Plakkkk-nya nyampe sini jugak nih...
ReplyDelete