Assalamualaikum
Rabu minggu lalu, saya janjian dengan dosen pembimbing praktikum saya untuk membahas kasus-kasus yang sedang saya tangani. Janjian dengan dosen bada Dzuhur. Sebelum berangkat dari rumah, saya (wajib) makan dulu. Sekitar pukul 11 saya berangkat. Sampai di kampus, langsung sholat sebelum bertemu dosen. Sekitar pukul 1an, saya bertemu dengan dosen. Hingga akhirnya azan Ashar. Dosen saya sholat dan beliau pun mempersilakan saya sholat juga sebelum melanjutkan bimbingan.
Perut sudah menjerit kelaparan. Lilov tepatnya, haha. Sembari berjalan ke mushola, saya berharap masih ada jajanan di ruang BEM S1. Tapi begitu saya ke atas, ternyata ruang BEM sudah tutup, hiks. Terpaksa saya menahan lapar. Mau jajan ke bawah kan ga enak ya, karena masih bimbingan dengan dosen. Setelah sholat Ashar, saya kembali bimbingan hingga pukul setengah 5 sore. Langsung pulang Tentu tidak. Saya harus meminjam berbagai alat tes untuk persiapan mengetes klien.
Pukul 5 sore, segala urusan baru selesai. Fuuuh. Sudah lelah, lapar pula. Saya berniat untuk naik taksi keluar kampus hingga bertemu pak suami di dekat kantor. Untuk naik taksi, saya harus jalan terlebih dahulu sekitar 500 M dari gedung fakultas saya ke gerbang depan kampus. Berhubung sudah lelah, bawaan banyak pula, saya berniat untuk menelfon taksi. Tentunya sambil berpikir.
"Kalo nelfon taksi, enak sih, dijemput di lobi. Ga usah jalan kaki ke gerbang depan. Tapi ga bisa jajan dulu kalo udah di taksi.Tapi kalo jalan kaki ke gerbang, bisa-bisa lemes di jalan karena ga kuat bawa badan dan barang"
Akhirnya yang paling sedikit kerugiannya, saya ambil. Saya menelfon taksi dengan asumsi nanti toh ketika bertemu suami akan makan pula. Taksi sudah dipesan, saya pun menunggu. Supir taksi konfirmasi bahwa ia datang terlambat, karena macet di sekitar Tomang. Baiklah. Baiklah. Saya menunggu taksi dengan perut lapar di depan sekretariat jurusan, nanti jika taksi datang, saya tinggal turun lift ke lobby.
Tiba-tiba ada keajaiban. Ada seorang ibu penjual kue yang tiba-tiba saja menjajakan dagangannya di depan saya. Membawa keranjang kue. Berhubung saya sudah kelaparan, saya langsung mengiyakan begitu ia menyodorkan keranjang kuenya. Saya bilang, saya mau 2 donat dan 2 pastel dan menyodorkan uang 10 ribu saya. Akan tetapi, si ibu tidak mengindahkan perkataan saya. Ternyata beliau tuna wicara. Jadi, ia terus memasukkan kue ke dalam plastik. Total kue yang saya dapat adalah 7 buah. 4 donat dan 3 pastel. Saya bepikir, gapapa lah nanti kuenya dimakan bertiga ini (sama lilov n ayahnya).
Tapi anehnya, begitu selesai saya beli, si ibu penjual kue langsung turun menggunakan lift. Ia tidak menawarkan dagangannya ke mahasiswa lain. Padahal di sebrang saya banyak mahasiswa yang sedang berkumpul. Cuma saya yang ditawari kue dagangannya (saya duduk sendiri di depan sekretariat jurusan). Sampai di taksi, saya mencoba menghitung harga kue dagangannya. Tapi kok tidak masuk di akal. 7 kue dengan harga 10 ribu. Enak pula kuenya.
Sampai bertemu dengan suami saya, ia bertanya.
"Dek, beneran? Bukan orang kali itu mah.Coba besok ditanya sama orang kampus, sering ada ga tukang kue"
"Iya juga sih, selama aku kuliah, belum pernah ada tukang kue yang nawarin dagang ke dalem fakultas"
Istrinya makin bengong aja sih. Suami saya bilang, mungkin itu Malaikat yang dikirim sama Allah untuk menyampaikan makanan ke kamu.
Iya. Allah itu Maha Mendengar.
Se-mendengar suara hati ibu hamil yang kemarin sedang kelaparan.
Alhamdulillah..Alhamdulillah..
Btw, pernah ada yang pernah ngalamin kayak gini?Hihi.
Wassalamualaikum
Comments
Post a Comment