Assalamualaikum.
Sekitar dua bulan ini, di rumah saya krisis air. Air yang menetes dari keran sangat kecil. Sehingga kami harus menampung air selama berjam-jam dulu sebelum menggunakannya untuk mandi ataupun mencuci. Apalagi air di ruang cuci yang jarang mau menetes, sehingga untuk mencuci harus mengangkut air dari kamar mandi. Apa rasanya? Pegel sebadan-badan yang pasti. Belum selesai, air di tempat mencuci piring pun jarang menyala, sehingga untuk kegiatan membersihkan sayur ataupun ikan ataupun mencuci perabotan, harus mengangkut air dari kamar mandi. Kegiatan mandi pun harus dipangkas habis. Mandi 5 gayung pun terasa lebih dari cukup, kecuali keramas ya, butuh 1 ember. Belum lagi ketika perut mulas, benar-benar harus mempertimbangkan air yang akan digunakan.
Dampak lainnya adalah keluarnya anggaran untuk mencuci baju di laundry. Sedikit?Tidak. Di rumah ada empat orang, dan cukup banyak baju yang digunakan sehari-hari. Udara gerah memaksa kami untuk sering berganti baju. Ada lagi? Ada. Orangtua saya harus mengetuk pintu tetangga untuk meminta air ketika air di rumah benar-benar mengucur setetes demi setetes. Kehebohan terjadi, angkut ember sana-sini, ambil selang, penuh tawa dan kelu kesah pula hahaha.
Selama dua bulan harus irit air, saya merasa dapat pelajaran. Air, yang harusnya dapat didapatkan secara mudah, tapi tidak mudah. Saya sadar, mungkin selama ini sudah mendustakan nikmat akan air yang mengalir dengan deras. Mungkin saya lupa bersyukur. Saya juga jadi sadar bahwa banyak orang-orang lain yang bertahun krisis air. Saya yang diberi cobaan sedikit, masih mengeluh. Maafkan saya, Ya Allah..
Hari ini, air saya kembali mengalir dengan deras. Ada kerabat yang membantu untuk membersihkan pipa rumah menggunakan kompresor. Ternyata, banyak kotoran dalam pipa sehingga air berhenti mengalir. Saya mengucapkan banyak syukur atas nikmat air ini. Alhamdulillah..
Wassalamualaikum
Comments
Post a Comment